Minggu, 18 Mei 2014

Catatan rindu untuk Ayah ..



Ayah.. Apa kabarmu disana..??
Semoga Allah menempatkanmu di tempat terindah disisi-Nya..
Aku yakin engkau pasti bahagia disana..
Di tempat yang Allah telah janjikan terhadap hamba-Nya yang shaleh dan shaleha.
Bagaimana tidak.. karna yang ku tau engkau adalah laki-laki tersabar,
yang hampir tak pernah mengeluh walau dalam basahnya peluh.
Seperti kata ibu..
Engkau adalah laki-laki pantang menyerah yang tak pernah lelah mencari nafkah.
Engkau yang tak pernah meninggalkan waktu untuk berjama’ah
Engkau yang selalu melantunkan ayat-ayat suci di kala subuh..
Dan Engkau yang tak pernah lupa bermunajat dan bertasbih diatas hamparan sajadah..


Ayah… betapa kuingat…
Saat pertama kali  kau
menuntunku mengenal siapa Nabi dan Tuhanku ..
Saat pertama kali kau mengajarkanku Iqra dan shalat..
Saat pertama kali kau menunjukanku cara untuk mengikat tali sepatu dan mengayuh sepeda.. 
Ayah.. walaupun terkadang engkau lebih banyak mendengar dari pada berbicara namun, sungguh tak terhitung memori tentangmu dalam ingatanku..

Kau yang selalu terlihat keras dan tegas mendidikku.. namun
apapun kau lakukan demi senyum dan tawaku. .
Kau yang menggendongku ke tempat tidur dengan lembut  disaat aku tertidur diatas lantai..
Kau yang berdiri diambang pintu penuh kekhawatiran ketika aku pulang terlambat..
Kau yang hanya  diam  saat aku riuh menceritakan bagaimana hariku.. namun aku tau kau selalu berusaha menjadi pendengar yang baik  untukku..
Kau yang menatap dingin kearah laki-laki yang ku ajak menemuimu.. namun aku tau itulah caramu untuk melihat siapa laki-laki yang pantas untuk mendampingiku, menggangtikanmu..


Ayah.. Maafkan aku …
Saat tubuhmu tak  sekuat  dulu.. saat rambutmu kian memutih dengan kerut di kening yang menandakan lelahmu..
Aku belum mampu menjadi yang terbaik untukmu..
Ayah, Sungguh hatiku terluka saat melihatmu menahan segala sakit  yang kian menjadi di tubuhmu..
Ayah, taukah kau..  aku menangis haru  saat melihatmu masih sanggup bersujud walau dalam lemah  menahan perih…
Begitu  tabahnya  dirimu  yang sanggup mengganti rintih dengan tasbih dan dzikrullah.
Sampai saat itu tiba.. Allah memanggilmu dengan begitu indah.. seperti tertidur dengan wajah putih bersih.
Ayah, Taukah kau… jiwaku pecah, tangisku tak terbendung  saat mencium pipimu yang begitu dingin untuk terakhir kalinya…

Ayah, hatiku gerimis menatap pandangan kosong ketika ibu menatap  gambarmu dalam bingkai, hatiku bergejolak ketika ibu mendoakanmu dengan derai air mata yang berjatuhan di atas sejadah.
Namun... Tak ada hal yang bisa ku lakukan kini, selain do'a dan lantunan Qur'an untukmu dari hati..

Demi Allah sang pemilik  Masa.. Andai  aku bisa putar waktu,  aku ingin selalu menjadi putri kecilmu.. yang selalu menjadi pengobat lelahmu..  yang selalu mengukir senyum di ujung bibirmu.. yang bergelayut manja di pundak kokohmu tanpa harus takut kehilanganmu.
Demi Allah sang pemilik Rasa…  Air mataku tak terbendung saat kutulis catatan kecil ini… semoga kini kau tengah tersenyum melihatku di surga. Catatan yang ku tulis dari hati..  Agar  kau tau betapa aku merindukanmu… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar